Senin, 27 April 2015

MAKALAH SENI BUDAYA



PENGERTIAN DAN
UNSUR UNSUR SENI TARI

Sandra Alfiani
17
X Akomodasi Perhotelan 2

Guru Pembimbing :
 Dhadang Setyo B. S.Pd

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
 NEGERI 1
BOJONEGORO
2015




MOTTO

Seni,
Dengan seni kita bisa mengapresiasikan apa yang ada pada imajinasi kita, melalui seni kita bisa mengeluaran ide kreaktif kita. Seni memiliki makna tersendiri dalam hidup, dengan seni yang dihasilkan seseorang kita bisa mengetahui apa yang ada perasaan si pelukis saat ia menghasilkan sebuah lukisan.

Seni dapat membawa kita dalam kenyamanan, keindahan, kesejukan, dan kegembiraan. Melalui seni tari kita bisa merasakan kegembiraan saat bernari, dalam seni tari kita bisa mengekspresikan suasana hati kita melalui gerakan tubuh. 

Jika kita sedang marah, sedih, galau , gelisah kita tidak perlu marah marah, minum minuman keras, menghancurkan barang barang yang ada di sekitar kita, karena saat kita merasa marah, sedih kita bisa mengekspersikan perasaan kia melalui suatu seni baik seni lukis, seni tari, seni musik. Seni akan membuat kita merasa nyaman dan selalu ceria.




Sandra Alfiani


Kata Pengantar

Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena atas rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan lancar dan tanpa hambatan apapun.
Makalah  ini merupakan salah satu tugas yang diberikan sebagai pembelajaran dalam membuat Makalah dalam untuk meningkatkan pengetahuan para siswanya  agar dapat mengerti lebih dalam tentang Seni Tari.
Ucapan terimakasi tak lupa saya sampaikan kepada Bpk. Dhadang Setyo Budi S.Pd, yang telah membimbing saya dan teman teman yang lain dan memberikan tugas ini sehingga saya dan teman-teman yang lain membuat makalah sehingga kami bisa belajar membuat Makalah sehingga  dapat bermanfaat bagi kami untuk kedepanya, serta dengan makalah ini kami semua bisa memperdalam ilmu seni terutama seni tari.
Akhirnya, kurang lebihnya dari penulisan ini saya mohon maaf, karena ini adalah awalan dari proses pembuatan makalah dan semoga Makalah  yang saya susun ini bermanfaat dan berguna bagi saya dan bagi orang-orang yang membacanya. Amin ...



 Tuban, 01 Februari 2015

Sandra Alfiani



Daftar Isi
HALAMAN JUDUL………….………………………......…….……………...................……..i
COPY
 RIGHT JUDUL.....................................................................................................ii
MOTTO.................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….……......iv
DAFTAR ISI………………………………………………………........................................v

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Tari Dan Klasifikasi Seni Tari......................................3
B. Unsur Estetis, Unsur Utama Tari, dan Unsur Penunjang Tari.............4
C. Beberapa istilah yang Berkaitan dengan Seni Tari................................6
D. Unsur Unsur Tari.......................................................................................7
E. Jenis Jenis Corak Seni Tari yang ada di Indonesia..............................17
F. Jenis Tari Tradisional Dan Tari Modern...............................................22
G. Jenis Dan Bentuk Tari Tunggal Nusantara...........................................25
H. Nama Tari Tradisional Yang Ada Di Indonesia...................................26
I. Fungsi Dan Peranan Seni Tari ................................................................30

BAB III PENUTUP.......................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................33

BAB I
PENDAHULUAN
 Seni Tari adalah ungkapan perasaan jiwa seseorang yang disajikan dengan bentuk dan gerak tubuh sesorang.Unsur utama tari adalah gerak, Gerak tari selalu melibatkan unsur anggota tubuh manusia. Unsur-unsur anggota tubuh tersebut di dalam membentuk gerak tari dapat berdiri sendiri ataupun bersambungan.

Seni tari seiring berjalannya waktu seni tari memiliki keaneka ragama gerakan, dan iringan. Hal tersebut merupakan salah satu perkembangan seni tai di era modern. Pasalnya masyarakat dapat mengadopsi gerakan, iringan dari tari daerang lain melalui media informasi hal tersebut membawa dampak besar bagi seni tari karena dapat berkembang melalui gerakan, da iringan yang ada. Hal tersebut dapat membuat masyarakat semakin tertarik untuk mengekspresikan diri melalui seni tari, menoba mempelajari serta mengajarkan pada masyarakat luas sehingga seni tari ini semakin berkembang dan semakin banyak peminatnya.

Perkembanga seni tari bisa membuat budaya atau ciri khas dari masing masing daerah tetap adan dan tidak mengalami kepunahan, pasalnya banyak masyarakat luas yan berminat untuk mencobanya, dan mempraktekkannya.

Semoga melalui makalah ini bisa memperluas pengetahuan kita melalui seni tari, dan dapat menarik perhatian kita untuk melestarikan seni tari yan ada pada daerah kita masing masing


BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Seni Tari Dan Klasifikasi Seni Tari
Seni Tari adalah ungkapan perasaan jiwa seseorang yang disajikan dengan bentuk dan gerak tubuh sesorang.Unsur utama tari adalah gerak, Gerak tari selalu melibatkan unsur anggota tubuh manusia. Unsur-unsur anggota tubuh tersebut di dalam membentuk gerak tari dapat berdiri sendiri ataupun bersambungan.
Menurut aktifitasnya gerak dapat di bagi menjadi dua macam,yaitu :
Gerak setempat adalah gerak yang dilakukan tanpa berpindah tempat
Gerak berpindah tempat adalah gerak yang dilakukan dengan berpindah tempat dapat dilakukan dengan gerak bergeser, melangkah, meluncur dan melompat.
Menurut bentuknya,gerak dapat dibagi menjadi tiga macam,yaitu :
1.      Gerak Realistik / Gerak Wantah adalah gerak yang dilakukan oleh sesorang sesuai dengan apa yang dilihatnya.
2.      Gerak Stilir adalah gerak yang sudah digubah,gerak tidak wantah dengan cara diperhalus.
3.      Gerak Simbolik adalah gerak yang hanya sebagai simbol,gerak tidak wantah yang sudah di stilir.
Menurut sifatnya gerak dapat dapat di bagi menjadi empat,yaitu :
1.      Gerak Lemah adalah gerak yang dilakukan dengan tidak menggunakan kekuatan otot.
2.      Gerak tegang adalah gerak yang dilakukan dengan menggunakan otot-otot atau kekuatan.
3.      Gerak lembut adalah gerak yang dilakukan oleh sesorang yang gerak-gerakannya mengalir.
4.      Gerak kasar adalah gerak-gerak yang dilakukan oleh sesorang dengan menggunakan otot-otot yang kuat.seperti hentakan-hentakan kakiyang dilakukan dengan kecepatan tinggi.


B.                 Unsur Estetis, Unsur Utama Tari, dan Unsur Penunjang Tari
1. Aspek estetis (Keindahan) Tari menurut Ki Hajar Dewantoro:
Wiraga (kemampuan fisik), penguasaan kelenturan teknik gerakan, terkait dengan faktor keterlatihan dan bakat/minat serta fisik ragawi yang diperoleh sejak lahir. Meliputi: pengaturan tenaga, dan penguasaan ruang serta ungkapan gerak yang jelas dan bersih.
Wirasa : menghayati, mengekspresikan, kemampuan mengungkapkan perasaan terhadap gerakan tari yang dilakukannya
Wirama: pengaturan kepekaan terhadap irama baik yang ditimbulkan oleh iringan maupun oleh si penari sendiri
2. Unsur Utama Tari
Gerak merupakan unsur utama dalam seni tari, menurut ilmu koreografi “Gerakan dari  tubuh  manusia  yang telah  diolah  dari  gerak  keseharian  (wantah)  menjadi suatu gerakan tertentu yang mengalami stilisasi atau distorsi “ (Tetty Rachmi, 2008).
3. Unsur Pendukung Tari
Pada saat anda mendapat pertanyaan tentang tari kira-kira apa saja yang terlintas dibenak anda? Pada umumnya anda akan menjawab musik, tata rias, kostum, setting panggung dan lain sebagainya. Berikut ini adalah unsur-unsur penunjang tari:
Make up/ tata rias: membuat garis-garis wajah sesuai dengan konsep /ide garapan tari. Berfungsi  untuk  membantu  memperkuat  ekspresi  penari  dan  karakter  tarian  yang dibawakan.
Tata busana: semua kebutuhan sandang yang dikenakan pada tubuh penari di atas pentas yang sesuai dengan peranan yang dibawakan
Iringan musik dan tata suara: adalah unsur penunjang tari, dapat ditimbulkan oleh penari sendiri dan disesuaikan dengan konsep garapan.
Panggung/pentas: adalah  tempat  pertunjukan  yang  digunakan  untuk  pagelaran;  arena, pendopo, procenium

Tata lampu/tata cahaya
Tema tari anak, bisa bersumber dari  kejadian sehari-hari, binatang, cerita kepahlawanan, cerita rakyat dll
Dance  property/  perlengkapan  tari: semua  perlengkapan  penari  yang  tidak  termasuk dalam kostum, perlengkapan panggung, misalnya: kipas, pedang, tombak, panah dsb



C.       Beberapa istilah yang Berkaitan dengan Seni Tari
Penari:  orang  yang  membawakan  suatu  karya  tari  baik  sebagai  profesi  keseharian ataupun hanya ketika seseorang menari dalam rangka kegiatan tertentu
Penata Tari/ koreografer: orang yang menciptakan, menyusun dan menata gerakan- gerakan menjadi sebuah karya tari.
Koreografi: Koreo berasal dari kata choreo dan graphia yang artinya “pencatatan tari”. Akan tetapi, secara sematik (pengertian, penggunaan) berarti (1) ilmu yang mempelajari tentang seni menata atau mencipta tari (2) susunan atau komposisi gerak tari sebagai simbol -simbol yang mengungkapkan atau mereprentasikan gagasan seniman. Bidang ilmu ini senantiasa berkaitan dengan seni pertunjukan atau kegiatan proses di studio dan hasil pementasan. Koreografi bisa dibuat untuk mendukung pementasan opera, konser musik ataupun pentas teater kolosal
Pendidikan Tari:  lembaga atau kelembagaan yang menyelenggarakan pembelajaran tari baik teori maupun praktek secara berjenjang, memiliki standar penilaian/evaluasi dan bersertifikasi
Tari Pendidikan: Tari yang diciptakan berorientasi pada proses pembelajaran agar anak memperoleh pengalaman kreatif, dan memperkenalkan mereka sejak usia dini nilai-nilai estetik yang ditemui dan dirasakan untuk dapat merangsang cipta, kaya, dan karsa anak dan mengembangkan daya ekspresi serta kepribadiannya. (Murgiyanto, 1993). Tari pendidikan merupakan sesuatu yang diciptakan untuk pembelajaran seni agar sejak anak dalam usia dini dapat tumbuh sifat-sifat terpuji, aktif, kreatif, normatif, ekspresif, imajinatif estetis dan apresiatif. Tari Pendidikan adalah suatu karya tari yang diciptakan oleh pihak-pihak tertentu (ahli atau mengetahui bidang tari) dari lingkungan pendidikan/ biasanya guru/pengajar dibawakan oleh anak-anak sekolah dan cenderung berisi tentang muatan moral, pendidikan, kepribadian, penanaman karakter dan budi pekerti


D.    Unsur Unsur Tari
1.  Gerak
Gerakan  tubuh  manusia  dalam  wujud  gerak  sehari-hari, gerak olah raga, gerak bermain, gerak bekerja, gerakan pencak-silat, serta  gerak  untuk  berkesenian.  Jenis  gerakan  seperti  tersebut diatas, apabila harus diwujudkan ke dalam bentuk gerak tari pada puncaknya harus distilisasi atau didistorsi.
Tari merupakan relaksasi dan penegangan otot yang secara penghayatan  menghasilkan ekspresi  gerak  untuk  berkesenian.
Gerakan  tari  berwujud  jenis  gerak  yang  telah  distilisasi  atau didistorsi. Wujud gerakan yang secara impulsif bersifat lembut dan mengalir, tegas terputus-putus, dan tegang-kendur dan gabungan lemas-kencang, lambat-cepat, patah-patah-mengalir dan sebagainya adalah bentuk distorsi dan stilisasi gerak yang menjadi ciri pembeda gerakan sehari-hari dengan gerakan tari.
 2.  Ruang
Ruang adalah sesuatu yang harus diisi. Ruang dalam tari mencakup aspek gerak yang diungkapkan oleh seorang penari yang membentuk perpindahan gerak tubuh, posisi yang tepat, dan ruang gerak penari itu sendiri. Ruang tari bersentuhan langsung dengan penari. Ruang gerak penari merupakan batas paling jauh yang dapat dijangkau penari.  Di  sisi  lain,  ruang  menjadi  salah  satu  bentuk  dari imajinasi penari dalam mengolah ruang gerak menjadi bagian yang digunakan untuk berpindah tempat, posisi dan kedudukan.
Ruang gerak penari tercipta melalui desain. Desain adalah gambaran yang jelas dan masuk akal tentang bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang gerak penari digambarkan secara bermakna ke dalam atas desain atas dan desain lantai (La Mery:1979:  12).  Ruang  gerak  tari  diberi  makna  melalui  garis  lintasan penari dalam ruang yang dilewati penari.
 3. Waktu
Dalam tarian, dinamika tari terwujud melalui cepat-lambat gerakan  dilakukan  oleh  penari.    Unsur  dinamika  ini  apabila dijabarkan   membutuhkan   waktu    gerak. Penari bergerak menggunakan bagian anggota tubuh dengan cara berpindah tempat, berubah posisi, dan merubah kedudukan tubuh membutuhkan waktu. Kebutuhan waktu yang diperlukan untuk perpindahan, perubahan posisi, dan perubahan kedudukan tubuh membutuhkan  waktu.  Perubahan  gerak,  perpindahan  tempat, dan penempatan kedudukan sikap tubuh ekuivalen dengan kebutuhan waktu yang dapat dijelaskan melalui   cepat-lambat, panjang-pendek, dan banyak-sedikit gerakan dilakukan butuh di dalam proses yang terjadi. Dengan demikian waktu menjadi bagian integral dari gerakan yang dilakukan.
 4.  Tenaga
Dalam gerak tari yang diperagakan indikasi yang menunjukkan intensitas gerak menjadi salah satu faktor gerakan tersebut  dapat  dilakukan  dan  dihayati.  Tenaga  terwujud  melalui kualitas gerak yang dilakukan. Pencerminan penggunaan dan pemanfaatan tenaga yang disalurkan ke dalam gerakan yang dilakukan penari merupakan bagian dari kualitas tari sesuai penghayatan tenaga. Penghasil gerak dalam hubungannya dengan penggunaan tenaga dalam mengisi gerak tari sehingga menjadi dinamis, berkekuatan, berisi, dan antiklimak merupakan cara membangun tenaga dalam menari.
Ekstensi (penegangan) dan relaksasi (pengendoran) gerak secara keseluruhan berhubungan dengan kualitas, intensitas, dan penghayatan gerak tari. Teknik mengakumulasi kualitas dan intensitas  gerak  tari  seyogyanya  dikordinasikan  melalui  perintah kerja otak secara kordinatif.
 5.  Ekspresi
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengekspresikan diri bergantung pada situasi psikologis yang bersangkutan dalam menghadapi berbagai masalah. Ekspresi diri manusia secara umum berbeda cara dan ungkapnannya. Ungkapan ekspresi di dalam tari lebih cenderung dimanipulasi atau sering disebut distilisasi. Perbedaan ekspresi diri secara langsung dan ekspresi tari berhubungan terletak pada perubahan psikologis pembawaan suatu karakter. Ungkapan penghayatan ekspresi diri terletak pada perbedaan ekspresi sehari-hari lebih vulgar.
Sebagai   ilustrasi,   marah,   sedih,   dan   senyum   dalam kehidupan sehari-hari dapat  diekspresikan dengan berbagai cara sesuai kepekaan diri di dalam melakukan luapan kemarahan dan rasa senyum. Dalam tari semua ungkapan yang diperagakan harus distilisasi/didistorsi, sehingga wujud ungkapannya menjadi berbeda dengan keadaan sehari-hari. Di sinilah letak pembeda cara menghayati  sebuah   ungkapan  ekspresi   diri   dan   penghayatan karakter dalam seni maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Ekspresi dalam tari lebih merupakan daya ungkap melalui tubuh ke dalam aktivitas pengalaman seseorang yang selanjutnya dikomunikasikan kepada penonton/pengamat menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak, emosi atas penghayatan peran yang dilakukan. Dengan demikian daya penggerak diri penari ikut menentukan penghayatan jiwa ke dalam greget (dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi jiwa dalam bentuk tari yang terkendali).
Unsur Dasar Seni Tari
Gerak
Gerak dapat diungkapkan dengan bermacam-macam. Diantara berbagai macam gerak itu, salah satu diantaranya ada yang mengandung unsur keindahan (sedap dipandang mata).
Angin bertiup dari tengah sasmudra mendesak air laut bergerak menuju ke pantai berupa gelombang samudra, menimbulkan suatu gerakan yang indah dipandang mata. Daun nyiur di pantai meliuk-liuk atas tiupan angin indah dalam pandangan mata.
Demikian pula di musim kemarau kunang-kunang mengibas-ngibaskan sayapnya menimbulkan cahaya gemerlapan di tengah sawah pada malam hari seperti cahaya mutiara indah yang sedang memantulkan sinar. Ikan mas berenang renang ke sana ke mari di dalam akuarium, selain menimbulkan pemandangan yang indah juga menimbulkan suasana ketenangan.
Tetapi mengingat bahwa seni tari merupakan salah satu cabang kesenian yang juga merupakan salah satu hasil budi manusia, maka unsur dasar tari utama yang berwujud gerak itu, tidak semua gerak dapat dikatakan gerak tari. Gerak yang berfungsi sebagai materi gerak pokok tari hanyalah gerakan-gerakan dari bagian tubuh manusia yang telah diolah dari gerak keadaan wantah menjadi suatu bentuk gerak tertentu. Dalam istilah kesenian, gerak yang telah mengalami stilisasi atau distorsi.
Dari hasil pengolahan suatu gerakan atau gerak yang telah mengalami sitisasi atau distorsi inilah nanti lahir dua jenis gerak tari. Yang pertama gerak tari yang bersifat gerak murni dan yang kedua bersifat gerak maknawi.
Gerak murni adalah gerak tari darihasil pengolahan gerak wantah yang dalam pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian dari gerak tari tersebut. Disini yang dipertimbangkan adalah faktor nilai keindahan gerak tarinya saja. Misalnya gerak-gerak memutar tangan pada pergelangan tangan, beberapa gerak leher seperti pacak-jangga di Jawa, dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan gerak maknawi adalah gerak wantah yang telah diolah menjadi suatu gerak tari yang dalam pengungkapannya mengandung suatu pengertian atau maksud disamping keindahannya. Misalnya dalam tari nelayan, kita dapat melihat gerak tari yang menggambarkan nelayan yang sedang mendayung. Gerak mendayung dalam tari nelayan ini disamping sedap dilihat karena keindahannya, juga tampak mengandung suatu arti atau maksud yaitu gambaran seorang nelayan yang sedang mengayunkan dayungnya agar perahunya dapat laju jalannya.
Di daerah pedalaman yang jauh dari pantai, seperti di hutan di dareah Kalimantan atau di Irian Jaya kita banyak mendapatkan ragam tari yang menggambarkan bagaimana dan dengan apa para pemburu akan manangkap binatang. Disini banyak digambarkan atau dilukiskan cara menangkap binatang dengan mengelu-elukan sebatang tombak, atau menarik anak panah. Dalam suatu bentuk gerak tari jelas bukan merupakan gerak wantah, tetapi berupa gerak yang telah distilisasi yang hasilnya disamping mengandung unsur keindahan juga menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu. Disini yang digambarkan adalah seorang yang sedang berburu binatang dengan senjata tombak atau panah.
Di dataran rendah kita dapati beberapa bentuk tari pertanian, yang menggambarkan bagaimana cara bercocok tanam atau tarian pengrajin yang di dalamnya dapat berbentuk penggambaran cara masyarakat sedang menenun kain, membatik atau membuat perkakas dari tanah liat, dan sebagainya.
Dalam garapan suatu bentuk tarian, gerak-gerak maknawi ada yang masih tampak jelas artinya dalam cara pengungkapan geraknya tetapi juga banyak pula yang dalam pengungkapan geraknya tinggal tampak suatu kiasan saja. Untuk mencari contoh yang terakhir banyak terdapat dalam garapan tari tradisional atau tari klasik di pulau Jawa dan Bali. Seperti dalam tari klasik tradisional di Jawa, kita dapati gerak ragam tari yang disebut tari usap rawis yang menggambarkan bagaimana mengusap kumis. Ragam tari ngilo yang mengandung pengertian seseorang yang sedang bercermin setelah berbusana.
Begitu pula beberapa ragam tari gerakan perang. Gerak tari nitig paha dan nuding pada tari Bali mengadung pengertian terperanjat dan marah. Gerak menghadapkan telapak tangan pada penari lain mengandung pengertian menolak. Gerak menengadahkan telapak tangan dan muka ke langit berarti sembah atau sujud memuja Tuhan. Sedangkan menggeleng-gelengkan kepala berati kecewa, demikian pula gerak mengangguk-anggukkan kepala berarti setuju. Dengan demikian maka berdasarkan jenis pengungkapan geraknya, secara garis besar ada dua sifat gerak tari.
Ditinjau dari cara pengungkapannya ada dua bentuk tari, yaitu yang representatif dan yang non representatif. Tarian yang bersifat representatif yaitu gerak tarinya menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu dengan gerakan tarian jelas. Tarian yang bersifat nonrepresentatif yang gerakan tarinya tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu. Namun demikian dalam keseluruhan penggarapan sebuah tari pasti tidak meninggalkan salah satu sifat tersebut di atas. Keduanya saling bertautan dan isi mengisi. Hanya mana yang lebih ditekankan. Pada garapan-garapan tari non representatif banyak digunakan gerak murni atau pure movement. Sedang garapan yang bersifat representatif pasti saja banyak disusun dari gerak-gerak maknawi atau gesture. Bagi bangsa primitif ada suatu keyakinan bahwa semakin tepat dan cermat seorang penari melaksanakan gerakan tarinya, maka semakin tinggi atau semakin ampuh karunianya baik yang bersifat moral atau material. 
Pada pengobatan misalnya, bila si pawang atau dukun selama menari untuk memberi pengobatan pada si sakit dapat menunjukkan gerakan-gerakan yang tepat dan cermat serta penuh konsentrasi, maka ini berarti akan cepat penyembuhannya bagi si sakit. Demikian pula seorang juru bicara yang mengungkapkan suatu pengertian lewat gerak dapat tepat dan gempang diterima, maka ia akan semakin cepat diserap oleh pendengarnya. Dengan demikian jelaslah bahwa unsur dasar tari yang utama adalah gerak manusia.
Ritme
Di dalam kehidupan dunia sebagai makroskosmos, ritme ini selalu ada dan bersifat tetap. Contoh yang paling dekat bahwa matahari selalu terbit dari sebelah timur. Selanjutnya naik dan berjalan berpindah tempat sampai tenggelam di sebelah barat pada waktu sore hari. Ritme itu sendiri sebenarnya merupakan jarak yang tetap. Untuk memberikan suatu kehidupan maka perjalanan sepanjang jarak ini dilaksanakan dengan adanya daya naik dan turun. Dalam dunia karawitan atau musik daya tersebut sangat jalas. Daya ini bisa disebut padang-ulihan atau these-antithese. Dari inilah maka sebenarnya ritme itu merupakan pola waktu yang memberikan kehidupan. 
Iringan
Di atas telah disebutkan bahwa tari adalah suatu gerak ritmis. Untuk memperkuat dan memperjelas gerak ritmis dari suatu bentuk tarian dapat dilaksanakan dengan iringan. Iringan tersebut pada umumnya berupa suara atau bunyi-bunyian. Sumber bunyi sebagai iringan tari yang pertama adalah suara manusia sendiri.
Bangsa-bangsa primitif menari-nari dengan teriakan-teriakan sebagai musik pengiringnya. Anak kecil menari-nari dengan teriakan iringan nyanyian suara ibu atau inang pengasuhnya. Selanjutnya pada tingkat berikutnya demi keserempakan gerak mereka menari-nari dengan tepuk tangan sebagai pengiringnya. Hal ini ada kalanya disamping dengan nyanyian ada juga dengan tepuk tangan. Tarian Seudati dari Aceh merupakan tarian pria yang ditarikan secara massal dikuatkan dengan suatu tepukan tangan pada perut.
Bangsa Indian di pedalaman Amerika ataupun bangsa Pigmi di pedalaman benua Afrika menari-nari dengan menghentakkan kaki ke tanah. Suara yang ditimbulkan karena hentakan kaki itulah yang dipergunakan sebagai iringannya. Setelah mereka mengenal senjata atau tongkat, maka suara hentakan kaki tadi diganti dengan suara yang ditimbulkan dari hentakan tongkat pada tanah, ataupun suara lain yang ditimbulkan jarena pukulan tongkat dengan tongkat lain.
Selama orang laki-laki menari-nari, maka keluarga mereka melingkari sambil menyanyi ataupun bertepuk tangan membantu menguatkan suara si penari. Ada kalanya para istri mereka dan anak-anaknya memukul-mukul dahan pohon yang telah tumbang sebagai alat bunyi-bunyian yang dia mainkan dengan cara dipukul-pukul, seperti sekarang dapat kita lihat sebagai kentongan ataupun lesung alat penumbuk padi.
Di Jawa Tengah sampai saat ini ada suatu pertunjukan yang disebut Ketoprak lesung, dan lesung tadi dipergunakan sebagai alat bunyi-bunyian pengiringnya. Disamping alat musik pukul, dalam perkembangannya juga dikenal alat musik tiu seperti seruling. Tari-tarian yang diiringi dengan seruling sampai saat ini masih banyak terdapat di pulau Bali. Bunyi-bunyian dapat pula berbentuk alat petik seperti kecapi Sunda atau siter dan clempung di Jawa Tengah.
Alat bunyi lainnya ada yang cara membunyikannya dengan ditepuk baik sebelah sisi ataupun kedua sisinya, seperti terbang dan gendang. Khusus gendang disamping cara memainkannya dengan ditepuk dengan tangan ada pula yang cara memainkannya dengan dipukul dengan sebuah alat pukul seperti bedug.
Perkembangan selanjutnya, di Indonesia terdapat bermacam-macam alat bunyi-bunyian yang semuanya sesuai dengan tingkat perkembangan di setiap daerah. Didaerah Sulawesi sampai sekarang masih hidup suatu tarian yang hanya diiringi instrumen gendang saja, misalnya tari Bathara. Di daerah tersebut juga ada tarian yang diiringi dengan gendang/bedug, seruling dan semacam alat petik seperti instrumen gitar. Di pulau Sumatra kita lihat banyak tarian yang pada dasarnya diiringi dengan suara rebana, dengan viol ataupun akordion seperti tari Serampang duabelas, tari payung.
Ensambel instrumen pengiring yang lengkap pada umumnya terdapat di pulau Jawa dan pulau bali. Tariannya telah diiringi dengan saru unit alat bunyi-bunyian yang disebut gamelan. Dalam buhungannya dengan seni tari, pada umumnya iringan itu berfungsi sebagai penguat ataupun pembentuk suasana, misalnya iringan untuk tari perang, untuk mengiringi seorang pahlawan yang gugur, untuk adegan percintaan dan untuk tari pemujaan. Perlu diketahui bahwa ada pendapat yang mengatakan bilamana seorang tidak tahu iringan seperti orang yang kakinya pincang.
Tata Rias dan tata Busana
Pada mulanya para penari memakai pakaian sesuai dengan apa yang pada saat itu sedang dipakai. Perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kedudukannya seagai salah satu unsur, maka pakaian atau busananya diatur dan ditata sesui dengan kebutuhan tari tersebut. Yang paling utama mendapat perhatian haruslah terlebih dahulu diketahui dan disadari bahwa yang terpenting adalah pakaian atau busana tersebut harus enak dipakai, tidak mengganggu gerak tari, menarik dan sedap dipandang. Bila perlu murah harganya dan mudah didapat.
Di luar jawa, kecuali daerah Bali, pakaian si penari tampak sangat dengat dengan orang-orang yang mengiringinya (musician). Sedangkan di pulau Jawa dan Bali pakaian antara penari dan pengiringnya tampak jauh berbeda. Lebih-lebih untuk tarian yang mengambil cerita wayang, umpamanya untuk tokoh Bima dan Rahwana. Bentuk dan warnanya telah mempunyai ketentuan yang mapan. Ketentuan ini disesuaikan dengan bentuk dan warna tokoh-tokoh tersebut dalam pewayangan.
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari dikenal bermacam-macam warna, namun dalam hubungannya dengan kebutuhan pentas, hanyalah beberapa macam warna saja yang biasa dipergunakan. Warna-warna tersebut diambil berdasarkan arti simbolis, sebab secara umum setiap bangsa secara turun-temurun telah memberi suatu pengertian yang bersifat simbolis pada warna-warna tertentu. Misalnya warna merah berarti berani, warna putih berarti suci, warna hijau berarti muda atau remaja dan sebagainya.
Selain bahan pakaian yang dibuat dari kain, juga masih dipakai beberapa perhiasan seperti kalung, binggel, sumping dan sebagainya. Perhiasan ini ada yang dibuat dari jenis imitasi dan ada pula yang dibuat dari kulit binatang. Pada tari tradisional selain perhiasan juga dipakai ikat kepala., baik berbentuk peci atau ikat kepala yang disusun atau diatur dari lembaran kain. Untuk tarian yang mengambil cerita wayang, maka penutup kepala penarinya seperti bentuk kepala pada tokoh wayang tersebut. Kita dapat melihat di Jawa dan di Bali apa yang disebut gelung dan  tropong.
Sedangkan tata rias akan membantu menentukan wajah beserta perwatakannya, serta untuk memperkuat ekspresi. Disini harus diketahui perbedaan antara tata rias yang dipakai untuk sehari-hari dengan tata rias yang dipakai untuk pertunjukan tari. Yang dimaksud dengan tata rias sehari-hari adalah yang dipergunakan untuk kehidupan wajar, misalnya untuk pergi ke sekolah, darma wisata ataupun untuk mengunjungi suatu upacara. Maka cara pemakaiannya cukup serba tipis. Demikian pula untuk memperkuat bentuk mata dan bibir perlu dibantu dengan garis-garis yang tipis saja. Sedangkan untuk tata rias pertunjukan tari segala sesuatunya diharapkan harus terlihat lebih jelas. Hal ini selain sebagai penguat perwatakan dan keindahan juga yang penting diketahui bahwa tata rias ini akan dinikmati dari jarak jauh. Misalnya dalam memperjelas wajah, maka garis mata dan alis serta mulut perlu dibuat yang tebal.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini bahan tata rias tampaknya sudah merupakan hal yang tidak sulit dicari. Hanya masalah harganya saja yang masih sangat tinggi. Namun dapat juga dengan materi (bahan tata rias) yang relatif murah harganya. Tata rias tari sebagai salah saru cabang pertunjukan, pada waktu ini masih perlu dibedakan saja. Yaitu tata rias bagi seni tari yang dipentaskan melalui panggung, melalui televisi maupun melalui film.
Tema
Pada mulanya, orang menari bukan semata-mata untuk ditonton. Namun dalam perkembangan terakhir ini tari sengaja disusun untuk dipertontonkan. Untuk mendekati tercapainya tujuan maka perlu adanya unsur tema. Tema itu dapat diangkat dari bermacam-macam sumber. Hal ini dapat berasal dari manusia sendiri, dapat berupa pengalaman hidupnya seperti kegiatan sehari-hari, kisah ataupun pengalaman hidupnya sejak dalam kandungan ibu sampai pada masa penguburan junazah. Serta dapat pula dari hasil budidaya yang antara lain dapat berbentuk cerita-cerita baik yang bersifat legende, mitos ataupun sejarah. Yang berbentuk cerita misalnya epos Ramayana, epos Mahabarata. Yang berbentuk legende misalnya Nyai Roro Kidul dan yang berbentuk sejarah misalnya Pangeran Diponegoro, Gajah Mada.
Tari dapat pula diangkat dari tema flora dan fauna. Tema yang diangkat dari flora atau dunia tumbuh-tumbuhan misalnya tari tani, tari minta hujan, tari kumbang sari. Yang diangkat dari tema fauna atau dunia binatang misalnya tari kijang, tari burung, tari angsa dan sebagainya. Ada pula tari yang diangkat dari alam semesta misalnya tari ombak, tari api dan sebagainya. Biasanya tema tadi diambil dan disesuaikan dengan alam sekitarnya serta taraf kehidupan masyarakat pada jamannya.
Tempat
Tari dilakukan oleh manusia. Manusia sendiri adalah makhluk hidup yang mempunyai ukuran tiga dimensi, yaitu tinggi, panjang dan lebar. Sedangkan dalam kehidupannya manusia selalu bergerak berpindah-pindah. Maka untuk melaksanakan suatu kegiatan tari dibutuhkan waktu dan ruangan atau tempat.
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, kegiatan-kegiatan tari selalu dilakukan di suatu tempat yang khusus. Tempat itu pada umumnya berbentuk suatu ruangan yang datar dan terang, artinya dapat dilihat. Mungkin tempat itu berbentuk suatu halaman atau lapangan yang dilingkari tumbuh-tumbuhan, baik di luar ataupun di dalam hutan. Mungkin tempat  tersebut terletak di pinggiran sungai atau di tepi laut. Dalam perkembangannya kebudayaan manusia sampai dewasa ini akhirnya terbentuklah suatu tempat khusus yang dipergunakan untuk pagelaran seperti bentuk arena, lingkaran ataupun pendapa. Ada pula tempat pertunjukan yang berbentuk proscenium, yaitu tempat pertunjukan yang antara penonton dengan yang ditonton dibatasai dengan suatu bingkai.
Mengingat bahwa kegiatan ataupun pagelaran seni tari sebagai tontonan melibatkan dua pihak, yaitu satu pihak yang ditonton dan pihak lain yang menonton, tentu saja tempat pihak yang ditonton memerlukan persyaratan penerangan lampu serta tata suara (sound system). Maka untuk mencapai keberhasilan pagelaran tari dibutuhkan pengaturan tata lampu dan tata suara yang baik.


E.     Jenis Jenis Corak Seni Tari yang ada di Indonesia
Tari bercorak prasejarah atau tari suku pedalaman
Tari perang Papua dari Kabupaten Kepulauan Yapen.
Tari Kabasaran, Minahasa Sulawesi Utara.
Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatera (Suku Batak, Nias, Mentawai), di Kalimantan (Suku Dayak, Punan, Iban), di Jawa (Suku Baduy), di Sulawesi (Suku Toraja, Suku Minahasa), di Kepulauan Maluku dan di Papua (Dani, Asmat, Amungme).
Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan.[2] Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoq dalam suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam, misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor dalam suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa tarian melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagai penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan.
Tari bercorak Hindu-Buddha
Lakshmana, Rama dan Shinta dalam sendratari Ramayana di Prambanan, Jawa.
Dengan diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme dirayakan dalam berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti Ramayana, Mahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk ditampilkan dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai "ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara sendratari yang bertema sama dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian Jawa Wayang orang mengambil cuplikan dari episode Ramayana atau Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan versi India. Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian Indonesia tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan gerakannya yang lambat dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis dan ekspresif. Tari ritual suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14 bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti Shiwa, Brahma, dan Wishnu.
Di Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu Dharma. Beberapa ahli percaya bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief dari candi di Jawa Timur dari abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan kepala yang digunakan di tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan tradisi yang luar biasa yang tak terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa tari sakral dan suci hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu. Masing-masing tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci untuk ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan penghormatan kepada tamu seperti tari pendet. Tari topeng juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita Panji yang dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis tari topeng yang terkenal adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.
Tari bercorak Islam
Sebagai agama yang datang kemudian, Agama Islam mulai masuk ke kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.
Era baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari Zapin Melayu dan Tari Saman Aceh menerapkan gaya tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia, digabungkan dengan gaya lokal menampilkan generasi baru tarian era Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia, seperti rebana, tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian bernuansa Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip doa-doa Islami.


Tari keraton
Tari Golek Ayun-ayun, dari Keraton Yogyakarta
Tari Jaipongan, tari tradisi rakyat Sunda
Tarian di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di berbagai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya istana. Perbedaan paling jelas antara tarian istana dengan tarian rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang berlapis-lapis dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan; masyarakat kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian. Sebagai akibatnya tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin yang dipertahankan dari generasi ke generasi, sementara tari rakyat lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan komposisi gamelan pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istana Bali dan Melayu, yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas Kesultanan Aceh, Kesultanan Deli di Sumatera Utara, Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatera Selatan lebih dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.
Tari rakyat
Tarian Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari masyarakatnya, yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya. Berdasarkan pelindung dan pendukungya, tari rakyat adalah tari yang dikembangkan dan didukung oleh rakyat kebanyakan, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana (keraton) yang dikembangkan dan dilindungi oleh pihak istana, tari rakyat Indonesia lebih dinamis, enerjik, dan relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap dipertahankan. Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial pergaulannya daripada fungsi ritual.
Tari Ronggeng dan tari Jaipongan suku Sunda adalah contoh yang baik mengenai tradisi tari rakyat. Keduanya adalah tari pergaulan yang lebih bersifat hiburan. Seringkali tarian ini menampilkan gerakan yang dianggap kurang pantas jika ditinjau dari sudut pandang tari istana, akibatnya tari rakyat ini seringkali disalahartikan terlalu erotis atau terlalu kasar dalam standar istana. Meskipun demikian tarian ini tetap berkembang subur dalam tradisi rakyat Indonesia karena didukung oleh masyarakatnya. Beberapa tari rakyat tradisional telah dikembangkan menjadi tarian massal dengan gerakan sederhana yang tersusun rapi, seperti tari Poco-poco dari Minahasa Sulawesi Utara, dan tari Sajojo dari Papua.


F.     Jenis Tari Tradisional Dan Tari Modern
Tari tradisional
Tari tradisional adalah tari yang berkembang di daerah tertentu yang berpijak dan berpedoman luas pada adaptasi kebiasaan turun-temurun dan dianut oleh masyarakat pemilik tari tersebut. Tari tradisional dibagi menjadi dua macam, yaitu
Tari tradisional klasik
Ciri-ciri tari tradisional klasik adalah sebagai berikut.
1.      Pola-pola gerak sudah ditentukan.
2.      Memiliki nilai seni yang tinggi
3.      Gerak yang diciptakan melampaui kebutuhan minimal yang dibutuhkan oleh konteksnya.
4.      Tumbuh dan berkembang dari kalangan bangsawan.
5.      Ukuran-ukuran keindahannya melampaui batas-batas daerah.
Contoh → Tari Bedaya Ketawang dari Jawa Tengah.
Tari tradisional folkasik (tari rakyat)
Ciri-ciri tari tradisiomal folkasik (tari rakyat) adalah sebagai berikut.
1.      Pola-pola gerak sangat ditentukan dengan konteksnya, sehingga tari rakyat biasanya memiliki tema tertentu.
2.      Bersifat sosial dan memiliki nilai seni yang sedang.
3.      Perbendaharaan geraknya terbatas sekadar cukup untuk memberikan aksen kepada peristiwa-peristiwa adat yang khas dari suku bangsa yang bersangkutan.
4.      Berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
5.      Terbatas pada wilayah adat tertentu.
Contoh → Tari Tayub dari Jawa Tengah.
Tari Kreasi
 kreasi merupakan tarian yang diciptakan setelah masa jaya tari keurseus sekitar tahun 1945-an. Tari kreasi adalah tari yang memiliki ciri gerak yang tidak lagi mengikuti pola-pola dan ramuan-ramuan yang menetap. Tari kreasi berasal dari tari tradisional yang sudah dkembangkan.
Contohnya Tari Oleg Tambulilingan dari Bali dan dan Tari Kipas dari Sumatra.

Tari kreasi dibagi menjadi dua macam, yaitu :
Tari modern
Ciri-ciri tari modern adalah sebagai berikut.
1.      Pola-pola gerak yang lebih bebas tetapi masih memperhatikan keindahan.
2.      Gerak yang digunakan masih memberi penekanan pada gerak yang tumbuh dari gerak tari tradisional.
3.      Masih tetap berada dalam kerangka tradisi tari suatu suku bangsa.
Contoh → Tari Merak dari Jawa Barat.
Tari kontemporer
Ciri-ciri tari kontemporer adalah sebagai berikut.
1.    Pola-pola geraknya lebih bebas dari tari modern.
2.    Gerak yang digunakan tidak lagi mendasarkan pada gerak tari tradisional.
3.    Tata tari diciptakan sesuai suasana saat itu.
Contoh →  tari ciptaan Boy G. Sakti, Tom, Ibnur, Sardono W. Kusuma.


G.    Jenis Dan Bentuk Tari Tunggal Nusantara
1.                  Tari Tunggal
Tari tunggal nusantara adalah jenis tari dari Nusantara yang diperagakan oleh seorang penari.Pada dasarnya,istilah tunggal hanya menunjukkan jumlah penari saja. Sementara jenis tarian dapat dimainkan oleh seorang atau lebih penari. Misalnya , Tari Merak bia menjadi tari tunggal, bisa pula menjadi tari berpasangan atau kelompok.Sifat tari tunggal menuju ke arah psikologis yang akan menjadikan seseorang sebagai subjek atau objek dalam suatu kegiatan.
 Sifat tari tunggal terdiri atas :
1.      Lirik , yaitu tarian yang memusatkan pada subjek atau keadaan diri pribadi, seperti bahagia,atau haru,atau senang.
2.      Epik, yaitu sifat tari yang mengarah pada nilai luar diri, seperti kagum atau manja.
Jenis tari Berdasarkan Koreografinya
1.      Tari tunggal ( Solo ), Tari tunggal adalah tari yang diperagakan oleh seorang penari, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya tari Golek ( Jawa Tengah )
2.      Tari berpasangan ( duet/pas de duex), Tari berpasangan adalah tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan. Contohnya tari Topeng (Jawa Barat)
3.      Tari kelompok ( Group choreography), Tari kelompok yaitu tari yang diperagakan lebih dari dua orang.
4.      Tari kolosal adalah tari yang dilakukan secara massal lebih dari banyak kelompok dan biasanya dilakukan oleh setiap suku bangsa diseluruh daerah Nusantara.


H.    Nama Tari Tradisional Yang Ada Di Indonesia
1.      Tarian dari Provinsi Aceh
Tari Saman, Tari Seudati, Tari Ranup Lam Puan, Tari Meuseukat, Tari Kipah Sikarang Aceh, Tari Aceh Gempar, Tari Mulia Ratep Aceh, Tari Rapai Geleng Aceh, Tari Turun Kuaih Aunen Aceh, Tari Bungong Seulanga Aceh, Tari Seudati Ratoh Aceh, Tari Nayak Padi Aceh, Tari Saman Jaton Aceh, Tari Kipah Sitangke Aceh, Tari Dodaidi Aceh, Tari Likok Puloe Aceh, Tari Didong Gayo Aceh, Tari Tarek Pukat Aceh, Tari Aceh Ek U Gle, Tari Aceh Dara Meukipah Tari Aceh Top Pade.
2.      Tarian dari Provinsi Sumatera Utara
Tari Tor Tor, Tari Terang Bulan (Karo) Tari Maena (Nias), Tari Pesta Gembira, Tari Karo Lima Serangkai, Tari Kuala Deli Tanjung Katung Medan, Tari Dembas Simenguda Tapanuli, Tari Kemuliaan Man Dibata Karo, Tari Bolo-Bolo Karo, Tari Begu Deleng Sumatera Utara, Tari Ngari-ngari Karo.
3.      Tarian dari Provinsi Sumantera Barat
Tari Piring Tari Baralek Gadang, Tari Indang Minangkabau, Tari Rantak Minangkabau, Tari Galombang Minangkabau, Tari Piring Kubu Durian Padang, Tari Pasambahan Minang, Tari Indang Badinding,Tari Sabalah Sumatera Barat, Tari Payuang Padang, Tari Alang Babega Minangkabau, Tari Ambek Ambek Koto Anau Sumatera Barat, Tari Lilin, Tari Kain Pasisia Salatan, Tari Selendang Minangkabau, Tari Barabah Minangkabau, Tari Galombang Pasambahan, Tari Panen, Tari Rancak Minangkabau, Tari Tudung Saji Minangkabau, Tari Rancak Di Nan Jombang, Tari Payung Duo Minang,
4.      Tarian dari Provinsi Riau
Tari Pembubung, Tari Sinar, Tari Lenggang Melayu, Tari Zapin Sekampung, Tari Zapin, Tari Zapin Kampung Melayu Pekan Baru, Tari RiuhTambourine.
5.      Tarian dari provinsi Kepulauan Riau
Tari Persembahan, Tari Madah Gurindam Tanjung Pinang, Tari Tabal Gempita, Tarian Gamelan.


6.      Tarian dari Provinsi Jambi
Tari Rentak Besapih, Tari Kipas Keprak, Tari Tauh, Tari Selaras Pinang Masak, Tari Selendang Mak Inang, Tarian Magis Gadis,
7.      Tarian dari provinsi Sumatera Selatan
Tari Kelindan Sumbay, Tari Kipas Linggau Tarian Pagar Pengantin Palembang, Tari Gending Sriwijaya
8.      Tarian dari Provinsi Bangka Belitung
Tari Tincak Gambus Bangka Belitung, Tari Taluput Bangka Belitung
9.      Tarian dari Provinsi Bengkulu
Tari Ganau
10.  Tarian dari Provinsi Lampung
Tari Ngelajau, Tari Sembah Lampung, Tari Bedana Lampung.
11.  Provinsi DKI Jakarta Ibukota nya adalah Jakarta
Tari Ronggeng, Tari Yapong
12.  Provinsi Jawa Barat (JABAR) Ibukota nya adalah Bandung
Tari Topeng Kuncaran, Tari Merak, Tari Jaipong
13.  Provinsi Banten Ibukota nya adalah Serang
 Tari Topeng
14.  Provinsi Jawa Tengah (JATENG) Ibukota nya adalah Semarang
Tari bambangan Cakil, Tari Gandrung, Tari sintren
15.  Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta Ibukota nya adalah Yogyakarta
Tari Serimpi Sangupati, Tari Bedaya
16.  Provinsi Jawa Timur (JATIM) Ibukota nya adalah Surabaya
Tari Remong, Tari Reog Ponorogo
17.  Provinsi Bali Ibukota nya adalah Denpasar
Tari Legong, Tari Kecak, Tari Pendet
18.  Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ibukota nya adalah Mataram
Tari Mpaa Lenggogo, Tari Batunganga
19.  Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Ibukota nya adalah Kupang
Tari Perang, Tari Gareng Lameng
20.  Provinsi Kalimantan Barat (KALBAR) Ibukota nya adalah Pontianak
Tari Monong, Tari Zapin Tembung
21.  Provinsi Kalimantan Tengah (KALTENG) Ibukota nya adalah Palangkaraya
Tari Balean Dadas, Tari Tambun & Bungai
22.  Provinsi Kalimantan Selatan (KALSEL) Ibukota nya adalah Banjarmasin
Tari Baksa Kembang, Tari Radap Rahayu
23.  Provinsi Kalimantan Timur (KALTIM) Ibukota nya adalah Samarinda
Tari Perang, Tari Gong
24.  Provinsi Sulawesi Utara (SULUT) Ibukota nya adalah Manado
Tari Maengkat, Tari Polo-palo
25.  Provinsi Sulawesi Barat (SULBAR) Ibukota nya adalah Kota Mamuju
Tari Patuddu, Tari Kondo Sapata
26.  Provinsi Sulawesi Tengah (SULTENG) Ibukota nya adalah Palu
Tari Lumense, Tari Pule Cinde, Tari Torompio,Tari Dero Poso
27.  Provinsi Sulawesi Tenggara (SULTRA) Ibukota nya adalah Kendari
Tari Dinggu, Tari Balumpa, Tari Lumense, Tari Manguru
28.  Provinsi Sulawesi Selatan (SULSEL) Ibukota nya adalah Makassar
Tari Bosara, Tari Kipas
29.  Provinsi Gorontalo Ibukota nya adalah Gorontalo
Tari Paule Cinde

30.  Provinsi Maluku Ibukota nya adalah Ambon
Tari Lenso, Tari Cakalele
31.  Provinsi Maluku Utara
Tari Lenso
32.  Provinsi Papua Barat Ibukota nya adalah Kota Manokwari
Tari Perang
33.  Provinsi Papua Ibukota nya adalah Jayapura
Tari Selamat datang,Tari Musyoh


I.        Fungsi Dan Peranan Seni Tari
Fungsi dan Peranan Seni Tari Sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki beberapa fungsi, yaitu seni tari sebagai sarana upacara, seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pergaulan, seni tari sebagai penyaluran terapi, seni tari sebagai media pendidikan, seni tari sebagai pertunjukkan, dan seni tari sebagai media katarsis. (Wardhana, 1990 : 21-36).
1.       Seni tari sebagai sarana upacara.
Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak macamnya, seperti tari untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan manusia.
2.       Seni tari sebagai hiburan.
Tari sebagai hiburan harus bervariasi sehingga tidak menjemukan dan menjenuhkan. Oleh karena itu, jenis ini menggunakan tema-tema yang sederhana, tidak muluk-muluk, diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan. Kostum dan tata panggungnya dipersiapkan dengan cara yang menarik.  
3.      Seni tari sebagai penyaluran terapi.
Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau cacat mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau bagi penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat mental. Bagi masyarakat timur, jenis tarian ini pantangan kerena perasaan iba atau tak sampai hati.
4.       Seni tari sebagai media pendidikan
Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, seperti mendidik anak untuk bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang. Nilai-nilai keindahan dan keluhuran pada seni tari dapat mengasah perasaan seseorang.
5.      Seni tari sebagai media pergaulan.
Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa orang. Oleh karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana pergaulan. Kegiatan tari, seperti latihan tari yang rutin atau pementasan tari bersama, adalah sarana pergaulan yang baik.


6.      Seni tari sebagai media pertunjukkan.
Tari bukan hanya sarana upacara atau hiburan, tari juga bisa berfungsi sebagai pertunjukkan yang sengaja digarap untuk dipertontonkan. Tari ini biasanya dipersiapkan dengan baik, mulai dari latihan hingga pementasan, diteliti dengan penuh perhitungan. Tari yang dipentaskan, lebih menitikberatkan pada segi artistiknya, penggarapan koreografi yang mantap, mengandung ide-ide, interprestasi, konsepsional serta memiliki tema dan tujuan.
7.       Seni tari sebagai media katarsis
Katarsis berarti pembersihan jiwa. Seni tari sebagai media katarsis lebih mudah dilaksanakan oleh orang yang telah mencapai taraf atas, dalam penghayatan seni


BAB III
PENUTUP
  Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi Seni Tari  yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah ini.

   Saya  banyak berharap para pembaca yang budiman berkenan  memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya  demi sempurnanya makalah ini dan  saya  mampu membat  makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini berguna bagi saya pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Penyusun


DAFTAR PUSTAKA
http://st-kembangsore.blogspot.com/2011/12/pendidikan-seni-tari-unsur-unsur-seni.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tarian_Indonesia